Meski saat ini aku sedang sedih karena seseorang yang sangat berarti sedang sakit, tapi aku ingin menulis sekedar permintaan maaf menjelang Ramadhan.
Beberapa waktu silam aku silaturrahim ke rumah seorang sahabat di luar kota.Dalam perjalanan aku bertemu dengan seseorang yang aku panggil Akhi (begitu aku panggil laki-laki itu) yang bercerita banyak tentang dirinya. Usia beliau sekitar 50 tahun, sudah banyak sekali pengabdian yang dilakukan untuk sebuah pesantren. Meski berilmu tinggi, akhi sangat baik dan ramah. Sama sekali tak terlihat kesombongan dalam dirinya. Banyak sekali nasehat-nasehat yang diberikan kepadaku, tentang hidup, agama dengan bahasa filsafat layaknya orang-orang Tasawuf kebanyakan. Ternyata akhi juga punya banyak nama selain nama aslinya yang diperoleh dari pesantren katanya. Oh Ya..??pikirku.
Disela-sela kiprahnya di dunia pesantren ternyata beliau punya hobi balap motor dan sempat menjadi Ketua Tim dari sebuah club motor. Dari kecil Beliau tinggal di Pesantren dan sudah menjelajah/silaturrahim hampir seluruh pesantren di pulau Jawa. Pernah menetap di Jakarta dan berbisnis juga namun ditinggalkan karena harus pergi ada “misi khusus” dari pesantren ke beberapa pulau mulai Aceh, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali sampai Irian Jaya bahkan pernah tinggal di beberapa Negara yakni, Malaysia (sekaligus menimba ilmu kedokteran, kini beliau seorang dokter), Philipina, Singapore dan juga Afganistan.
Untuk negara yang terakhir, Afganistan. entah kenapa tiba-tiba aku jadi merinding. Mungkin terlalu sering jadi tujuan para militant dan para Teroris (seperti berita di Televisi).
Disela-sela percakapan, akhi terdiam,,,menghela nafas panjang dan seperti melepas beban berat. Tiba-tiba akhi berkata “Aku ingin jadi orang biasa, bukan orang pilihan”.
Aku bingung, aku bertanya. “Maksudnya apa to? Bukannya menjadi orang pilihan itu suatu kehormatan dari Tuhan apalagi yang dipilih itu jalan Tuhan?”.
Akhi menggeleng. Jalan Tuhan itu memang kehormatan, itu yang aku impikan. Tapi aku sudah salah jalan. Akhi berkata bahwa selama ini hidupnya berpindah-pindah sesuai pesan dan keinginan juga perintah yang lebih disebut wasiat dari pesantren. Dan daerah yang dipilihpun kebanyakan daerah konflik dengan alasan jihad. Beliau tinggal di hutan, gunung juga tempat-tempat yang jauh dari perkotaan. Beliau tidak punya daya upaya untuk membantah, meski dengan alasan keluarga. Beliau tidak menyesal berbuat kebaikan, tapi…. Aku ingin di jalan lain bukan disini (yang diikuti selama ini) katanya. Sebenarnya cita-cita utamanya adalah mendirikan pesantren di daerahnya, dekat rumah yang kebetulan sudah dipersiapkan lahan seluas 2 Hektar dimana akan diperuntukkan spesial untuk anak-anak yatim dan kurang mampu..
Hatiku merasa iba tapi ada juga semacam curiga, jangan-jangan ini seorang......, ah masa iya???
Sambil berkaca-kaca akhi berkata bahwa beliau hari ini masih bisa singgah ke saudara-saudara, tapi entah besok atau lusa. Akhi sudah lelah. Aku ingin pulang... Andaikan Tuhan mengambil nyawa, beliau ingin setelah bertemu, mohon ma’af dan mencium kaki ibunya. Beliau juga rindu menggendong dan menyuapi ibunya yang kini sudah renta.
Tak terasa aku ikut berkaca-kaca mendengar penuturannya. Aku tak tega mau bertanya lagi. Sepertinya pernyataan itu adalah sebuah jawaban dari pertanyaan yang bergemuruh di hati dari tadi (ah, semoga saja aku salah…), kata-kata Akhi memang penuh filosofi. Meski ada jawaban dalam keragu-raguan namun aku tidak mau su’uzdon, aku tetap berdo’a semoga Allah memberi jalan yang terbaik buat akhi yang baik hati. Amin…
30 menit TA’ARUF lewat perbincangan itu cukup menyentuh hati. Ya Allah.., kadangkala aku merasa malu sendiri, bagaimana tidak la seseorang yang kita anggap “negatif” ternyata berhati mulia dan sangat hormat pada ibunya. Bagaimana dengan kita?Menjelang Ramadhan ini sudahkan kita meminta maaf pada orang tua kita sebelum meminta maaf pada sahabat-sahabat kita???
Aku sendiri juga tidak tahu sampai dimana nanti umurku.
Beberapa waktu silam aku silaturrahim ke rumah seorang sahabat di luar kota.Dalam perjalanan aku bertemu dengan seseorang yang aku panggil Akhi (begitu aku panggil laki-laki itu) yang bercerita banyak tentang dirinya. Usia beliau sekitar 50 tahun, sudah banyak sekali pengabdian yang dilakukan untuk sebuah pesantren. Meski berilmu tinggi, akhi sangat baik dan ramah. Sama sekali tak terlihat kesombongan dalam dirinya. Banyak sekali nasehat-nasehat yang diberikan kepadaku, tentang hidup, agama dengan bahasa filsafat layaknya orang-orang Tasawuf kebanyakan. Ternyata akhi juga punya banyak nama selain nama aslinya yang diperoleh dari pesantren katanya. Oh Ya..??pikirku.
Disela-sela kiprahnya di dunia pesantren ternyata beliau punya hobi balap motor dan sempat menjadi Ketua Tim dari sebuah club motor. Dari kecil Beliau tinggal di Pesantren dan sudah menjelajah/silaturrahim hampir seluruh pesantren di pulau Jawa. Pernah menetap di Jakarta dan berbisnis juga namun ditinggalkan karena harus pergi ada “misi khusus” dari pesantren ke beberapa pulau mulai Aceh, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali sampai Irian Jaya bahkan pernah tinggal di beberapa Negara yakni, Malaysia (sekaligus menimba ilmu kedokteran, kini beliau seorang dokter), Philipina, Singapore dan juga Afganistan.
Untuk negara yang terakhir, Afganistan. entah kenapa tiba-tiba aku jadi merinding. Mungkin terlalu sering jadi tujuan para militant dan para Teroris (seperti berita di Televisi).
Disela-sela percakapan, akhi terdiam,,,menghela nafas panjang dan seperti melepas beban berat. Tiba-tiba akhi berkata “Aku ingin jadi orang biasa, bukan orang pilihan”.
Aku bingung, aku bertanya. “Maksudnya apa to? Bukannya menjadi orang pilihan itu suatu kehormatan dari Tuhan apalagi yang dipilih itu jalan Tuhan?”.
Akhi menggeleng. Jalan Tuhan itu memang kehormatan, itu yang aku impikan. Tapi aku sudah salah jalan. Akhi berkata bahwa selama ini hidupnya berpindah-pindah sesuai pesan dan keinginan juga perintah yang lebih disebut wasiat dari pesantren. Dan daerah yang dipilihpun kebanyakan daerah konflik dengan alasan jihad. Beliau tinggal di hutan, gunung juga tempat-tempat yang jauh dari perkotaan. Beliau tidak punya daya upaya untuk membantah, meski dengan alasan keluarga. Beliau tidak menyesal berbuat kebaikan, tapi…. Aku ingin di jalan lain bukan disini (yang diikuti selama ini) katanya. Sebenarnya cita-cita utamanya adalah mendirikan pesantren di daerahnya, dekat rumah yang kebetulan sudah dipersiapkan lahan seluas 2 Hektar dimana akan diperuntukkan spesial untuk anak-anak yatim dan kurang mampu..
Hatiku merasa iba tapi ada juga semacam curiga, jangan-jangan ini seorang......, ah masa iya???
Sambil berkaca-kaca akhi berkata bahwa beliau hari ini masih bisa singgah ke saudara-saudara, tapi entah besok atau lusa. Akhi sudah lelah. Aku ingin pulang... Andaikan Tuhan mengambil nyawa, beliau ingin setelah bertemu, mohon ma’af dan mencium kaki ibunya. Beliau juga rindu menggendong dan menyuapi ibunya yang kini sudah renta.
Tak terasa aku ikut berkaca-kaca mendengar penuturannya. Aku tak tega mau bertanya lagi. Sepertinya pernyataan itu adalah sebuah jawaban dari pertanyaan yang bergemuruh di hati dari tadi (ah, semoga saja aku salah…), kata-kata Akhi memang penuh filosofi. Meski ada jawaban dalam keragu-raguan namun aku tidak mau su’uzdon, aku tetap berdo’a semoga Allah memberi jalan yang terbaik buat akhi yang baik hati. Amin…
30 menit TA’ARUF lewat perbincangan itu cukup menyentuh hati. Ya Allah.., kadangkala aku merasa malu sendiri, bagaimana tidak la seseorang yang kita anggap “negatif” ternyata berhati mulia dan sangat hormat pada ibunya. Bagaimana dengan kita?Menjelang Ramadhan ini sudahkan kita meminta maaf pada orang tua kita sebelum meminta maaf pada sahabat-sahabat kita???
Aku sendiri juga tidak tahu sampai dimana nanti umurku.
Taqobalallohu Minna Waminkum, Taqobbal Ya Karim.
Marhaban Ramadhan ya Ummi… Ya Abi…Ya Akhi…ya Ukhti sobat Blogger..
Note: Spesial buat someone I Miss U
asswrwb....hiks hiks...i love u mommy...huaaa..he3, jd banjir ntar mbk.., hmm ak jd malu sndr, blm minta maaf sm ibuku,mumpung mau ramadhan..tnx dah ingetin....success 4 u...!
BalasHapusoke deh, d tunggu sob..
BalasHapus>sungguh mulia jika seorang anak walau sudah berusia masih ingin berbakti kepada ibunya
BalasHapus>apakah si Akhi tersebut tidak pernah berkeluarga?, kalau sudah kenapa juga tidak ingat sama anaknya?
>setuju, lebih baik kita khusnudzon pada seseorang siapapun dan bagaimanapun orang yang kita hadapi
>sebelum posoan, ngaturaken pangaputen kalo silaturrahim pakies selama ini ada yang kurang berkenan
wah jadi terharu setelah mebacanya....
BalasHapusbegitu hebatnya si akhi....
bukankah menjadi pilihan adalah suatu kebanggan... akhi dapat berbagi buat yatim piatu...
semoga banyak penerus seperti akhi yg masih peduli dgn sesama......
met malam mbak...
BalasHapusmampir nich abiz pengajian
sukses selalu mbak
terima kasih
perjuangan, perjuangan untuk mengisi sisa hidup untuk haL-haL yang bermanfaat.
BalasHapussaya pun mengucapkan haL yang sama, semoga dengan keLuasan hati dan pikiran dapat menjaLani ibadah dengan tenang.
semoga apa yang di cita2kan akhi bisa tercapai,
BalasHapussemoga bulan ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun2 sebelumnya
Marhaban Ya Ramadhan, kami sangat rindu akan kedatanganmu, Kami sangat bahagia akan kehadiranmu dan Kami sangat bersedih bila kau tinggalkan
BalasHapusMarhaban yaa ramadhann
BalasHapusLiburan lusi mamper kaaq
BalasHapusyuk pulang :D
BalasHapushati-hati iia di jalan :)
BalasHapusjangan lupa oleh-olehnya :)
mampir :D
BalasHapusslamat jalan
BalasHapusmet puasa :)
met pagi mbak...
BalasHapusselamat beraktifitas & selamat menjalankan ibadah puasa
halo mbak
BalasHapussalam kenal dulu ya
terima kasih
SIANG MBAK SINGGAH SEBENTAR
BalasHapuspermisi..........................numpang kenalan, salam knl ya xixixixixixi
BalasHapus