Halaman

Sabtu, 14 Agustus 2010

RisalaH CintA

Share it Please

Jika mata tak menyerupai matahari

Betapa mungkin kita mampu menangkap cahaya,

Jika kekuatan Illahi tak ada dalam diri kita

Betapa mungkin Tuhan mempesona kita...??

(By: El Jalaludin Rumi)




Itu adalah sedikit cuplikan karya Risalah Cinta dari seorang Penyair sufi El Jalaludin Rumi (mengingatkan nama Putra Juragan Ahmad Dhani - Dewa 19).

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriyah atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Namun akhirnya tinggal dan menjadi penyair terbesar di Persia.


Aku beri nama Risalah Cinta karena syair-syair beliau lebih kepada Mahabbah, Pemujaan kepada Allah SWT.

El Jalaludin Rumi adalah seorang penyair sufi terbesar di Persia yang benar-benar mendalami makna kehadiran Allah dalam setiap detak jantungnya. Itu kenapa beliau sampai mampu menciptakan tarian yang sangat populer yaitu tarian “Wirling Darwis”, dimana penari berputar tanpa henti sambil berdzikir. Mungkin Hanya orang-orang yang memiliki konsentrasi & keindahan pencapaian mahabbah tertinggi kepada Allah (ma’rifat) yang mampu melakukan tarian ini karena harus mengikuti irama musik juga irama hati secara bersama.


Selain El Jalaludin Rumi, masih banyak lagi sastrawan yang memiliki karya seni /tulisan-tulisannya sangat bernilai dan menyentuh hati. Ada Rabi’ah Al Adhawiyah (Tokoh sufi wanita), Kahlil Gibran, Buya Hamka, Bang Taufik Isma’il, KH. Mustofa Bisri (Rembang), KH. D. Zawawi Imron (Madura), Emha Ainun Najib (Cak Nun), Kang Danarto, Bunda Neno Warisman dan juga Alm. Gus Dur.


Khusus Alm. Gus Dur tulisan-tulisan Beliau sangat unik diselingi joke-joke yang syarat makna filosofi layaknya Kisah Abu Nawas yang cerdik juga terkadang dianggap kontroversial karena keterbatasan kita dalam menjabarkan makna di dalamnya, mungkinkah karena beliau lama tinggal di Baghdad tempat Abu Nawas dengan Raja Harun Al Rasyid ya ....???Jadi ingat Kisah 1001 Malam neh...

15 komentar:

  1. Jika bicara cinta siapa nih cintamu he3..
    Btw belia aja yg itu pas kayaknya

    BalasHapus
  2. @Tomo: Hmmm...siapa ya?? yang kasih urun aja buat mewujudkan itu tu.. hehe...
    Met berbuka puasa juga ya...

    BalasHapus
  3. Syekh Abd Samad Bachdlar, seorang muballigh tahun 1890-an di daerah Minahasa (Sulawesi Utara), pernah mengeluarkan kata-kata bijak,


    “Jadilah Musa ketika menuntut ilmu, dan jadilah Khidir ketika menjadi guru. Karena keduanya ada dalam Muhammad”

    Statment ini konon beliau lontarkan setelah membaca beberapa bait-bait tulisan Jalaluddin Rummi.

    Statment tersebut merupakan kalimat bijak yg mengandung filosofis berarti bagi kita yng ingin menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan kita.

    Nah, buat mba MUza, menurut saya penting terus mengikuti postingan tentang Syair Wasiat Ayah, karangan Syekh ABd Samad Bachdlar yg juga banyak belajar dari Jalaluddin Rummi.

    Silahkan kunjungi http://buntu-grup.blogspot.com/search/label/Syair%20Wasiat%20Ayah
    Maaf jika kurang brkenan.

    BalasHapus
  4. jika manusia ditanya tentang lebih cinta mana cintanya pada dunia atau cintanya pada Alloh, maka jawabnya tentu lebih cinta pada Alloh, tetapi pada kenyataannya dia lebih cinta pada dunia.

    BalasHapus
  5. karya jalaludin rumi emang asyik untuk disimak.. sebagai karya sastra tentunya. kalo tuntunan baru kita lihat sunnah dan hadists. salam kenal :)

    BalasHapus
  6. Thanks, postingannya mencerahkan. I like it.
    Karya2 Cinta dari para filsuf cinta begitu indah dan inspiratif. Walau cinta terkadang tidak terdefinisi secara tepat melainkan oleh cinta itu sendiri.
    Salam sobat, skalian izin follow :)

    BalasHapus
  7. Artikel fresh buat saya, maklum saya miskin dengan pengetahuan semacam ini.
    Terima kasih & salam kenal.

    BalasHapus
  8. gitu aja koq repot. syair mengenai kecintaan terkadang disaLah artikan bagi pembaca, terutama yang kurang memahami dibidangnya. contohnya saya, terkadang saya kira maksudnya cinta (asmara), eh enggak taunya Lagi bicara reLigi.

    BalasHapus
  9. wah aku jarang baca" tentang sastra nh mbak...
    aku lebih sering baca buku humor....
    maklum nh jiwaku tak seromantis parasku...hahahaha

    BalasHapus
  10. Waduh.. aku sama kaya Sob Etam jarang baca2 yg beginian hhe... lebih suka nonton film hhe..... tapi kapan ya aku bisa bikin prosa indah kaya gtu hho....

    BalasHapus
  11. hmm, kata2nya mantap bgt,apalg u memuja Allah...tfs sis..

    BalasHapus
  12. Karya Gus Dur ini yang sangat menarik kawand.
    Ada lelucon di dalamnya hingga kita tdk bosan membacanya

    BalasHapus
  13. Wah sering kagak nyambung mbak kalo baca buku yang kaya gini, biasa DC duluan hehehe

    BalasHapus