Halaman

Sabtu, 17 Juli 2010

Slilit Sang Bu Nyai (2)

Share it Please
Mukadimah:

Ini postingan saya yang ke 2. Jauh sekali intervalnya dengan postingan pertama dikarenakan ada tugas (pekerjaan off line yang sangat menyita waktu dan pikiran) sehingga tidak bisa menulis dan hanya sesekali jalan-jalan cuci mata ke blog para sahabat. Saya mohon maaf pada para sahabat yang sudah lama menunggu kelanjutan dari cerita di episode 1. Okelah kalo begitu langsung dilanjut saja ya...



Episode:2

Pada episode 1 diceritakan anak gadis kecil yang rela berjalan kaki seorang diri demi mencari ilmu di sekolah madrasah ibtidaiyah ke kampung lain.



Antara cita-cita dan ambisi anak seusia itu sudah jelas kelihatan. Dia tidak hanya rajin belajar ilmu agama tapi juga seni sampai ilmu bela diri semua diikuti. Sepertinya dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menyerap segala ilmu dari sekolah madrasah ibtidaiyah yang memang paling bagus se kecamatan.Spirit yang kuat untuk belajar dan pantang menyerah juga keberaniannya untuk selalu tampil di depan umum, membuat dia gampang terkenal di lingkungan sekolah dan kerap mewakili lomba-lomba antar sekolah.



Sampai pada akhirnya tamat dan melanjutkan sekolah di bidang ilmu agama sampai perguruan tinggi. Kiprahnya di organisasi sosial keagamaanpun patut diperhitungkan. Kini dia sudah menjadi perempuan dewasa yang matang dan sarat pengalaman bahkan salah satu organisasi kemasyarakatan di tingkat kabupaten telah mempercayakan amanah sebagai salah satu ketua bidang tertentu.



Pada satu malam dia merenung dan merasa 60 prosen cita-citanya telah tercapai. Namun dia belum puas, dia ingin membangun sebuah sekolah setingkat Taman Kanak-Kanak dan Madrasah Ibtidaiyah sekaligus Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) dalam satu lokasi. Mungkin karena track recordnya bagus, proposal pembuatan sekolah tersebut disetujui oleh sebuah yayasan sosial dan alhamdulillah terwujudlah sekolah impian itu.



Pada malam yang lain dia mengurai lagi mimpinya, rasanya semua sudah hampir terpenuhi. Jerih payahnya berjalan kaki beberapa tahun yang lalu tidaklah sia-sia. Tak disangka secepat itu dirinya sudah menjadi Bu Nyai termuda. Ladang da’wahnya tidak hanya seputar kampung kecil namun sudah tingkat kabupaten. Dia tidak hanya berda’wah di mimbar tapi juga di dalam kehidupan sehari-hari.



Dan kiprah Bu Nyai inipun menarik perhatian seorang pejabat tinggi di kota itu. Seorang ajudan diutus ke rumah Bu Nyai untuk menyampaikan undangan pertemuan "silaturrahim" dari sang pejabat. Kebanyakan orang pastilah merasa tersanjung bila diundang oleh seorang pejabat, tapi tidak bagi dia. Baginya ini adalah sebuah dilema seperti "slilit" di gigi. Enak saat di LIDAH tapi meninggalkan sisa sakit di GIGI kita dan tidak nyaman bila tidak dilepaskan.



Tetapi karena menghormati undangan itu akhirnya dengan ucapan basmalah diputuskannya berangkat juga. Di rumah megah sang pejabat sudah berkumpul para ajudan dan para petinggi kota. Ada apa gerangan?????? ternyata hari itu hari ulang tahun pernikahan perak sang pejabat dan beliau ingin Bu Nyai yang memberi do'a. Alhamdulillah... dalam hatinya. Acara demi acara telah dilewati, menu makanan sudah dinikmati. Kini acara hampir usai dan ditutup sebuah do'a. Ternyata sang pejabat khusus mengundang Bu Nyai yang sangat dikagumi oleh masyarat kota itu untuk memimpin do'a. Ketika hampir saja Bu Nyai melangkahkahkan kaki ke tempat pembacaan do'a, tiba-tiba seorang ajudan memanggil dan menyodorkan secarik kertas. Apa to ini?? gumamnya dalam hati. Tatkala dibuka ternyata konsep do'a khusus buat sang pejabat, yang isinya tidak hanya do'a keselamatan, kebahagiaan tetapi yang lebih mengejutkan adalah do'a agar berhasil dalam pencalonan dirinya sebagai Anggota "XXX" mewakili Partai "Y" dan sebuah himbauan agar seluruh masyarakat memilihnya karena Bu Nyai sudah mendukung sepenuhnya. Astaghfirulloh..., dia jadi teringat nasehat salah satu kyai sepuh bahwa penguasa boleh datang ke rumahmu (ulama) tapi berhati-hatilah jika seorang ulama mendatangi seorang penguasa. Hati-hati yang dimaksud adalah dikhawatirkan adanya fitnah dan penyalah gunaan jabatan sehingga keikhlasan hati, zuhud, ihsan dan iman akan goyah. Nilai da'wah akan berganti rupiah karena bisa dibeli penguasa. INILAH SLILIT YANG SESUNGGUHNYA!!...



Allahu Akbar! aku harus ambil keputusan gumamnya., aku tidak mau menjadi slilit yang kelihatannya sepele namun mampu mengoyahkan bahkan merusak gigi. Dengan sangat hati-hati dia memberikan pengertian pada ajudan dan sang pejabat. untuk do'a pertama dan kedua tidak keberatan tapi untuk yang ketiga dan empat dengan sangat terpaksa tidak bisa. Muka masam langsung muncul menggantikan senyum lebar yang sedari tadi mengembang. Bu Nyai memberikan pengertian pada sang pejabat, dan secara mengejutkan sang pejabat langsung mengambil microfon dan mengumumkan pada para undangan bahwa beliau telah menemukan penda'wah sejati. Sekarang beliau yakin tentang Bu Nyai yang banyak jadi panutan banyak orang. Itulah kenapa beliau ingin "Taaruf" agar bisa mengenal lebih dekat sosok yang dikagumi...



8 komentar:

  1. Bu nyai termuda jadi idola lo gan wkwk

    BalasHapus
  2. Pertama, datang membawa silaturrahim
    kedua, mohon maaf baru datang karena banyak kesibukan
    ketiga, semoga Allah SWT selalu memudahkan segala urusan
    keempat, Sukses untuk Bu Nyai

    BalasHapus
  3. terima kasih teLah berbagi kisah, saLam sukses seLaLu.
    ijin untuk menjadi foLLower di bLog ini, saLam persahabatan.

    BalasHapus
  4. @all: Makasih kunjungan dan supportnya para sahabat. Moga tali silaturrahim tetap terjaga

    @tomo: pasti bung...

    BalasHapus
  5. semoga aja kita mendapatkan pemimpin yang mewakiLi suara rakyat tanpa ada unsur sLiLit.

    BalasHapus
  6. jaman sekarang (mungkin juga sejak jaman duLu kaLi yah) waLaupun tidak semuanya, seoLah jabatan dan kekuasaan dapat dibeLi dengan uang. sehingga seteLah menajdi penguasa harus mengembaLikan modaL. semoga tidak.

    BalasHapus