Halaman

Kamis, 29 Juli 2010

Jangan Panggil Aku "TeRoRiS".....

Share it Please
Semenjak Kang Amrozi (Alm.) yang asli Lamongan tertangkap karena kasus Bom Bali I yang menggemparkan seluruh jagat raya, sontak seluruh mata tertuju ke kota Lamongan dan walhasil seluruh orang Lamongan yang ada di luar kota mendapat julukan baru yakni “Teroris”, begitu juga aku.



Meskipun sebetulnya sambil bercanda, namun itu kerap terjadi. Setiap di jalan atau di suatu tempat, bila ada orang tanya aslinya dari mana? Begitu aku jawab Lamongan langsung bilang “wah Teroris nih!… bolonya Amrozi ya…??”, hehe… aku Cuma senyum-senyum aja, walo dalam hati berharap JANGAN PANGGIL AKU TERORIS dunk...!. Begitu juga bila berkumpul kawan lama yang nota bene dari bermacam kota dan daerah selalu disambut “Waduh, Terorisnya datang…” atau lagi bercanda (guyonan) sama teman-teman ujung ujungnya mesti “O… dasar Teroris....”.





JADI TERORIS BIS SURABAYA-BALI



Perjalanan ke Bali Menjelang Tahun Baru 2009 sangatlah padat. Aku memang sering pergi sendiri silaturrakhim ke kakakku yang di Bali sekalian rekreasi, aku cari Bis yang nyaman mengingat perjalanan cukup jauh. Sengaja naik bis saja karena selain murah hehehe...tujuanku tidak hanya ke Bali, aku juga ingin TA'ARUF melihat kota-kota lain yang dilewati bis menuju Bali. Aku igin melihat perkembangan penanganan Lumpur Lapindo, Kota Pasuruan, PLTU Paiton nan eksotis bila malam hari juga makan malam di Pasir Putih. Walo yang paling mengerikan adalah mengitari gunung Kumitir di Banyuwangi namun itu akan terbayar bila sudah masuk Pulau Dewata, Bali karena disambut deburan ombak putih sepanjang perjalanan menuju kota Bali, subak dan terasiring sawah Bali nan Indah dengan suasana magis nan artistik. Bali memang mempesona untuk wisata dan tak ada matinya.



Bis 1 : Saat Pergi menuju Bali



Tak terasa bis melaju sudah mencapai dermaga Ketapang-Gilimanuk. Karena bis ini spesial jadi penunpangnya tidak harus turun. Aku tiduran saja berselimut rapat, lagi malas naik ke atas kapal lihat laut karena udara sangat dingin. 30 Menit berlalu, saat kapal sandar dan Bis pun keluar dari dermaga. Semenjak ada BOM BALI, semua penumpang di razia terutama warga Lamongan tentunya. Khusus untuk ini semua harus turun dan diperiksa KTP nya satu per satu. Wuih...! aduh gimana nih, KTP aku mati lagi?? aku bingung konon katanya yang tidak ber KTP atau sudah expired tidak boleh masuk Bali. Aku betul-betul lupa akan hal ini. Aku sok percaya diri saja barangkali Pak Syahbandar tidak melihat detil, aku kan perempuan masa berpikir teroris pikirku. Walau dalam hati takut juga karena kebetulan aku pakai T-shirt hitam dan kerudung hitam pula. Takut mereka curiga. KTPku dilihat dengan seksama, belum aku jelaskan sudah dibilang "Silahkan Minggir, anda ditahan..", oh my God...!!



Semua mata memandangku, mungkin semua orang berpikir aku Teroris kalee...!, tak berapa lama aku dipanggil pegawai syahbandar dan di tanya-tanya. Setelah aku jelaskan alhamdulillah aku diperbolehkan meneruskan perjalanan. Seluruh penumpang bis sudah siap tinggal menunggu aku saja. Sesampainya di atas bis semua penumpang memandangku dengan penuh tanya, akhirnya Pak Sopir juga Pak Kondektur yang menceritakan kasusnya. Serempak mereka berkata Woo... ada Teroris to tapi sambil ketawa..., dan kamipun melanjutkan perjalanan dengan akhirnya membahas tentang Teroris pula...



Bis 2 : Saat Pulang dari Bali



Pulang habis Tahun Baru dermaga Gilimanuk lebih padat lagi. Meskipun sudah dibuka 3 Pintu Dermaga, namun antrian penyebrangan tetap panjang berkilo-kilo. Sesampainya di Lapangan Parkir dermaga pun masih antri menunggu kapal datang. Karena lama sekitan 2 jam lagi, Kondektur dan sopir mempersiapkan penumpang jalan-jalan biar tidak bosan. Aku turun saja jalan-jalan daripada bosan di dalam. Aku lihat baru 1 jam aku jalan-jalan, ah masih ada 1 jam lagi. Tapi sudah capek rasanya aku mau nalik ke bis saja. Aku hafal benar posisi dan arah dermaga bis yang aku tumpangi. Aku cari cari, tapi kok tidak ada ya? aduh aku lihat kanan kiri barangkali ikut dermaga yang lain. Tak ada juga. Akhirnya aku tanya sama petugas dermaga. Mereka tanya, jurusan mana? Surabaya atau Malang? karena keduanya sudah masuk kapal. What???!!!. Yang ke Surabaya ikut dermaga ini, yang Malang ikut Dermaga sana (III). Aku jelaskan pasti disini Pak, tadi disini kok. Akhirnya aku dibolehkan masuk mencari bis yang ku ikuti. Baru berjalan beberapa langkah ada seseorang menyapa. "Lo Kok kamu disini, bisnya sudah berangkat lo??", aku kaget, itukan kru bis tadi, aku ingat wajah arabnya. aku bilang "Lo Bapk sendiri yang bilang 2 jam, kok aku ditinggal to Pak?". Kata kru bis, kapal datang lebih cepat dan antrian diarahkan ke dermaga lain. Beliau bilang khusus nunggu aku yang ketinggalan. Tapi dalam hati aku tidak percaya, pasti bis masih dalam kapal. Setelah berbincang sebentar langsung aku disuruh naik kapal dan ke loby. Dan Alhamdulillah... ternyata penghuni kapal adalah penunpang bisku tadi. Langsung Kru Bis mengumumkan bahwa "Teroris nya sudah ditemukan"...., waduw, Teroris lagi Teroris lagi neh....



Tapi ada hikmahnya juga ternyata, karena terkenal dan punya sedikit wajah yang mirip Arab ini (kata orang) aku jadi dapat tiket khusus makan di Pasir Putih. Sebenarnya ini hanya untuk kru Bis yang nota bene kepunyaan orang Arab, jadi Aku dan 2 orang turis asing dapat fasilitas makan yang wuih... uenak banget, beda dengan penunpang lainnya,pintu masuknya pun berbeda. Exclusive bo..., Alhamdulillah dapat rezeki yang tak disangka sangka.

16 komentar:

  1. Konfirmasi link sobat sudah saya pasang coba cek aja di blogku...thnks yah dah mau tukeran link dengan blogku..
    achor tex blogku Belajar Ilmu Komputer yah..thnks sebelumnya sob salam kenal..

    BalasHapus
  2. yowis saya panggiL Teh Laris aja, gimana Mbak.
    mungkin karena Mbak cantik kaLee jadi mereka pada ngeLiatin, atau mungkin mau pada minta tanda tangan. hiihi...

    menjawab pertanyaan:
    sampai saat ini keLompok beLajar masih ada koq Mbak, tetangga sebeLah ku kan guru. rumahnya suka ramai sama anak-anak yang meLaksanakan keLompok beLajar, begitupun dengan sekoLah darurat yang saya keLoLa.

    BalasHapus
  3. >Sillaturrahim pagi walau terlambat
    >Teman baik Pakies orang Takerharjo sekarang ngajar di SMP Lamongan, tahun 90-an kalo mau ke sana mesti naik perahu di Karang geneng. So, santai saja jadi orang lamongan. Orangnya baik-baik.
    >yo ... nambali maning? (ke bali opo nambal? hhhh

    BalasHapus
  4. crita yang panjang,btw aku juga ma temen2 d panggil AMROZI hanya gara-gara manjangin JENGGOT padhl itukan sunah rosul,kalo yang melaksanakan sunah rosul disebut teroris insyALLOH saya ehlas disebut teroris

    BalasHapus
  5. Setuju dengan om rame, panggil teh laris adja, kalo nggak teh celup, teh susu, atau teh imut :)

    BalasHapus
  6. Waduh2... kasian amat toh ... masa karena KTP lamongan udah di judge teroris.. wah ga bener tuh... kaya orang Bali, Jakarta atau lainnya ga ada yg bisa berpotensi jadi teroris aja hha.....

    BalasHapus
  7. "Nice artikel, inspiring ditunggu artikel - artikel selanjutnya, sukses selalu, Tuhan memberkati anda, Trim's :)"

    BalasHapus
  8. Aku enaknya manggil apa ya...hikz hikz..

    BalasHapus
  9. Lusi MaMpir lg kaaq
    org lamongan tak smwny teroris ko' kaaq

    BalasHapus
  10. he3....ada hikmahnya jg y mbk..hikmahnya membawa kenyang lagee..he3..,piss. ak tunggu tulisan selanjutnya...tq..

    BalasHapus
  11. kunjungan di akhir pekan menunggu sajian teh cap roris yang hangat dan wangi, pLus jangan Lupa cemiLannya.
    saLam hangat, seLamat berakhir pekan.

    BalasHapus
  12. hahahahha... dasar usil tuh mbak...masa orang cantik di kata teroris....
    kali aja tu nyari perhatian ama mbak yg cantik....

    BalasHapus
  13. terus saya harus panggiL apa?, teh panas aja deh. hihihi...

    BalasHapus
  14. halo met pagi izin followers ya
    terima kasih

    BalasHapus
  15. ngapunten dateng paling bontot, sebab akhir-akhir ini jaringan super lemot
    >Keknya ada bakat di bisnis nih, kapan-kapan kita buka waralaba di dekat muzdalifa, kebetulan di sekitar mina jadid belum ada penjual burung dara goreng Lamongan dan Soto Lamongan

    BalasHapus